GREEN HOUSE



Apa itu Green House?

Secara umum green house dapat didefinisikan sebagai bangun kontruksi dengan atap tembus cahaya yang berfungsi memanipulasi kondisi lingkungan agar tanaman di dalamnya dapat berkembang optimal.
Manipulasi lingkungan ini dilakukan dalam dua hal, yaitu menghindari kondisi lingkungan yang tidak dikehendaki dan memunculkan kondisi lingkungan yang dikehendaki.

Kondisi lingkungan yang tidak dikehendaki antara lain :
v   1   Ekses radiasi sinar matahari seperti sinar ultra violet dan sinar infra merah.
v  2 Suhu udara dan kelembaban yang tidak sesuai.
v  3 Kekurangan dan kelebihan curah hujan.
v  4 Gangguan hama dan penyakit.
v  5 Tiupan angin yang terlalu kuat sehingga dapat merobohkan tanaman.
v  6 Tiupan angin dan serangga yang menyebabkan kontaminasi penyerbukan.
v  7 Ekses polutan akibat polusi udara.

Sementara kondisi lingkungan yang dikehendaki antara lain :
v  1 Kondisi cuaca yang mendukung rentang waktu tanam lebih panjang.
v 2 Mikroklimat seperti suhu, kelembaban dan intensitas cahaya sesuai dengan kebutuhan pertumbuhan tanaman.
v 3 Suplai air dan pupuk dapat dilakukan secara berkala dan terukur.
v 4 Sanitasi lingkungan sehingga tidak kondusif bagi hama dan penyakit.
v 5 Kondisi nyaman bagi terlaksananya aktivitas produksi dan pengawasan mutu.
v  6 Bersih dari ekses lingkungan seperti polutan dan minimnya residu pestisida
v  7 Hilangnya gangguan fisik baik oleh angin maupun hewan.

Manfaat apa saja yang didapat jika menggunakan green house , hal ini dapat dijelaskan sebagai berikut :

1.      Pengaturan jadwal produksi.
Dunia pertanian kita masih demikian tergantungnya pada keadaan cuaca, bila terjadi perubahan musim, apalagi bila tidak terprediksi akan menyebabkan sulitnya menentukan jenis tanaman yang akan diproduksi. Jika musim hujan terlalu panjang akan menyebabkan banyaknya penyakit termasuk pembusukan akar. Jika musim terlalu kering akan menyebabkan tanaman kekurangan air, hama juga akan menyerang yang dapat menimbulkan kerugian. Demikian pula pada saat tertentu suatu komoditas sulit ditemui mengakibatkan harganya demikian tinggi, sementara pada waktu lain kebanjiran produk menyebabkan harga anjlok, sehingga kerugian segera tiba.


2.      Meningkatkan hasil produksi
Pada luasan areal yang sama tingkat produksi budidaya di dalam green house lebih tinggi dibandingkan di luar green house. Karena budidaya di dalam green house kondisi lingkungan dan pemberian hara dikendalikan sesuai kebutuhan tanaman. Gejala hilangnya hara yang biasa terjadi pada areal terbuka seperti pencucian dan fiksasi, di dalam green house diminimalisir. Budidaya tanaman seperti ini dikenal sebagai hidroponik. Kondisi areal yang beratap dan lebih tertata menyebabkan pengawasan dapat lebih intensif dilakukan. Bila terjadi gangguan terhadap tanaman baik karena hama, penyakit ataupun gangguan fisiologis, dapat dengan segera diketahui untuk diatasi .
3.      Meningkatkan kualitas produksi
Ekses radiasi matahari seperti sinar UV, kelebihan temperatur, air hujan, debu, polutan dan residu pestisida akan mempengaruhi penampilan visual, ukuran dan kebersihan hasil produksi. Dengan kondisi lingkungan yang terlindungi dan pemberian nutrisi akurat dan tepat waktu, maka hasil produksi tanaman akan berkwalitas. Pemasakan berlangsung lebih serentak, sehingga pada saat panen diperoleh hasil yang lebih seragam, baik ukuran maupun bentuk visual produk.

4.      Meminimalisasi pestisida
Green house yang baik selain dirancang untuk memberikan kondisi mikroklimat ideal bagi tanaman, juga memberikan perlindungan tanaman terhadap hama dan penyakit. Perlindungan yang umum dilakukan adalah dengan memasang insect screen pada dinding dan bukaan ventilasi di bagian atap. Insect screen yang baik tidak dapat dilewati oleh hama seperti kutu daun. Pada beberapa green house bagian pintu masuknya tidak berhubungan langsung dengan lingkungan luar. Ada ruang kecil, semacam teras transisi yang dibuat untuk menahan hama atau patogen yang terbawa oleh manusia. Pada lantai ruang ini juga terdapat bak berisi cairan pencuci hama dan patogen. Untuk pintu dapat ditambahkan lembaran PVC sheet. 

5.      Aset dan performance
Saat ini sangat biasa orang membangun green house dengan sistem knock down. Dengan cara ini gren house bukanlah aset mati, manakala karena suatu hal ada perubahan kebijakan, maka struktur green house tersebut dapat dipindahkan atau mungkin dijual ke pihak lain yang memerlukan dengan harga yang proporsional.
Dengan adanya green house maka kesan usaha akan terlihat lebih modern dan padat teknologi. Hal ini tentunya akan meningkatkan performance petani atau perusahaan yang menggunakannya.

6.      Sarana agrowisata
Green house banyak juga digunakan sebagai ruang koleksi berbagai jenis tanaman bernilai tinggi. Di dalam green house pengunjung dapat melihat berbagai jenis tanaman yang menarik, bahkan langka, sehingga dapat menjadi daya tarik. Ada yang khusus mengkoleksi kaktus, anggrek atau berbagai jenis tanaman dengan suasana dibuat seperti di alam bebas. Di Indonesia green house seperti ini banyak ditemukan di berbagai kebun raya dan tempat agrowisata.


KONSEP UNTUK GREEN HOUSE


 

            Green house merupakan tempat atau sebuah bangunan dimana tanaman di budidayakan. Pada sebuah rumah kaca, atap terbuat dari plastik. Agar tanaman yang berada di dalamnya dapat menyerap sinar matahari, aliran udara pada jendela dan pintu akan mempengarui suhu yang ada di dalam ruangan green house. Jadi, ketika siang hari, alangkah baiknya jika jendela pada green house dibuka, agar suhu dapat stabil. Karena pada siang  hari suhu dalam green house sangat panas.
Budidaya tanaman di dalam green house memiliki keunggulan berupa lingkungan mikro yang lebih terkontrol dan keseragaman hasil produksi pada tiap tanaman. Rancangan green house berpengaruh besar terhadap lingkungan mikro di dalamnya. Salah satu parameter lingkungan mikro tanaman adalah suhu. Suhu yang tinggi dapat mempercepat evapotranspirasi tanaman yang akan mempercepat kehilangan air dan energi. Salah satu cara untuk mengendalikan lingkungan mikro tanaman di dalam greenhouse khususnya suhu adalah dengan ventilasi alamiah. Keuntungan pemakaian ventilasi alamiah adalah biaya yang relatif murah dan tidak diperlukan perawatan. Kerugian yang perlu diperhatikan pada penggunaan cara ini adalah ketergantungan lingkungan mikro pada alam yang sulit dikendalikan. Penempatan dan luas bukaan ventilasi sangat menentukan pergerakan udara di dalam greenhouse yang akan membantu penurunan suhu. Letak ventilasi dan bentuk greenhouse akan mempengaruhi pergerakan udara di dalamnya. Pergerakan udara tersebut dimanfaatkan untuk memindahkan udara panas dari dalam greenhouse. Semakin banyak udara panas yang dikeluarkan akan membantu menurunkan suhu udara.
Green house memiliki fungsi pertama menghindari terpaan air hujan yang dapat merusak tanaman. Karena air hujan dapat menyebabkan tumbuhan tersebut rusak atau mati. Karena suhu diluar ruangan yang berbeda-beda. Kedua, Menghindarkan lahan dari kondisi yang becek, jika lahan becek, maka struktur tanah akan berubah yang dapat menyebabkan pertumbuhan suatu tumbuhan dapat terganggu. Ketiga, Mencegah masuknya air hujan ke dalam media tumbuh (karena dapat mengencerkan larutan hara).  Keempat, Mengurangi intensitas cahaya yang masuk sehingga daun tidak terbakar pada saat terik. Ada dua fungsi atap plastik pada green house, pertama, menghindari panas terik, dan ketika matahari menyentuh atap green house maka panas akan diserap dan akan dihasilkan pencahayaan yang di butuhkan oleh tumbuhan yang ada di dalamnya. Dalam hal ini, green house biologi juga sudah memenuhi kriteria. Hanya saja atap green house yang kurang bening sehingga kurang maksimal untuk menerima cahaya.
 Kelima, Mengurangi tingkat serangan OPT. OPT sendiri merupakan organisme pengganggu tanaman seperti kutu dan lain-lain. Dan terakhir, Fotosintesis dapat berlangsung secara sempurna. Jadi, kualitas atap pada green house berpengaruh pada proses fotosintesis yang terjadi pada tumbuhan yang ada di dalam green house tersebut.
Faktor lingkungan fisik tanaman pada green house antara lain adalah cahaya, suhu udara, kelembaban relatif (RH) udara, kadar CO2 dalam udara, kecepatan angin, polutan dan lingkungan akar. Cahaya yang paling penting bagi tanaman merupakan cahaya tampak yang mempunyai panjang gelombang 390 – 700 nm. Aspek penting dari cahaya adalah intensitas, durasi, dan distribusi spektral cahaya. Suhu udara di sekitar tanaman dipengaruhi oleh radiasi matahari, pindah panas konveksi, laju evaporasi, intensitas cahaya, kecepatan dan arah angin serta suhu lingkungan secara umum. Perubahan suhu udara akan berpengaruh pada proses fisiologi dalam tanaman. Secara praktik, bagi tanaman dalam greenhouse disarankan perbedaan suhu antara siang dan malam berkisar antara 5 – 10 derajat. Aspek penting dalam pergerakan udara dalam budidaya tanaman adalah kecepatannya, bukan arahnya. Angin berpengaruh pada laju transpirasi, laju evaporasi, serta ketersediaan CO2 dalam udara. Menurut ASAE (American Society of Agricultural Engineering) menyatakan kecepatan udara melewati tanaman sebaiknya tidak lebih dari 1,0 m/s.
Jadi, suhu berpengaruh dalam pertumbuhan tanaman yang ada dalam green house, untuk menyeimbangkan suhu yang terdapat pada green house kita, kita harus jeli mengatur suhu. sebagai contoh, ketika siang hari yang amat panas, suhu pada green house akan tinggi, maka untuk menguranginya, dibuka jendela atau fentilasi yang ada pada green house agar suhu dalam ruangan stabil. Dan ketika malam hari, maka fentilasi harus ditutup, karena suhu pada malam hari sangat dingin. Untuk merawat green house, kita harus telaten dan penuh kesabaran, karena kita harus mengecek keadaan dari green house setiap saat. Green house juga mengajarkan kepada kita untuk selalu menyayangi tumbuhan.









Lingkungan dan bangunan pertanian
Elemen lingkungan yang memengaruhi produktivitas tanaman adalah temperatur, kelembapan relatif, intensitas cahaya, angin, polutan, konsentrasi CO2, serta pH, kadar nutrisi, dan kadar air media tanam. Media tanam yang digunakan bervariasi, ditentukan oleh praktik menanam yang digunakan. Penanaman dengan cara hidroponik tentu saja memerlukan penanganan pH, nutrisi, dan kadar air media tanam yang berbeda jika dibandingkan dengan menggunakan media tanah, sehingga penanganan lingkungan mikro akan sedikit berbeda. Penanganan faktor lingkungan dalam rumah kaca juga berbeda jika dibandingkan dengan penanganan lingkungan mikro tanaman dalam ruangan terbuka, mengingat bahwa dalam rumah kaca intensitas panas dapat diatur sesuai dengan kebutuhan dan struktur bangunan.

Cahaya

Cahaya merupakan faktor lingkungan yang paling penting bagi tanaman karena merupakan sumber energi bagi fotosintesis tanaman. Cahaya yang paling penting bagi tanaman adalah cahaya tampak, yang memiliki panjang gelombang antara 390-700 nm.
Mengendalikan intensitas cahaya agar optimum bagi tanaman merupakan hal yang sulit. Rekayasa lingkungan untuk mendapatkan kondisi cahaya yang sesuai dapat dilakukan dengan sistem perlampuan. Hal ini umum dilakukan jika intensitas cahaya alami yang tersedia kurang atau tidak ada. Namun perlu diperhatikan bahwa tidak semua tanaman pertanian menyukai intensitas cahaya tinggi, ada tanaman pertanian yang tumbuh subur dengan naungan, atau tanaman pertanian dinaungi untuk tujuan tertentu (misal pohon teh untuk membuat teh putih atau tembakau untuk mendapatkan daun yang lebar dan tipis).
Selain intensitas, durasi ketersediaan cahaya juga merupakan hal yang penting. Sebagian tipe tanaman dipengaruhi oleh lamanya penyinaran agar berbunga atau menghasilkan hasil yang baik, namun ada juga yang tidak; misalnya, anggrek cattleya tidak akan berbunga jika lamanya penyinaran melebihi 15 jam sehari, bit gula tidak akan menghasilkan gula yang banyak jika tidak mendapatkan cahaya lebih dari 8 jam sehari, dan tomat tidak dipengaruhi lamanya penyinaran. Fenomena ini disebut fotoperiodisme.

Temperatur

Temperatur merupakan salah satu parameter lingkungan yang sangat penting bagi tumbuhan. Temperatur di sekitar tanaman, baik temperatur udara, air, ataupun tanah, dipengaruhi oleh banyak hal seperti durasi dan intensitas radiasi matahari, laju pindah panas, laju transpirasi dan evaporasi, dan aktivitas biologis di sekitar tanaman. Mudah mengukur temperatur udara di sekitar tanaman, namun sulit mengukur temperatur tanaman itu sendiri. Biasanya temperatur daun digunakan sebagai data yang mewakili karena permukaan daun yang luas serta kegunaan daun sebagai organ transpirasi menjadikannya tolok ukur pengukuran temperatur tanaman. Selain itu, temperatur tanah juga digunakan untuk mengukur temperatur organ perakaran tanaman.
Hubungan antara temperatur udara dan pertumbuhan tanaman sangat kompleks, namun pada umumnya memengaruhi kinerja enzim tanaman dan aktivitas air. Tanaman, selayaknya makhluk hidup lain di bumi ini, kehidupannnya dikendalikan oleh aktivitas enzim di dalam maupun di luar sel. Jika temperatur terlalu dingin, sel tidak akan aktif dan cenderung dorman, sedangkan ketika temperatur terlalu tinggi, enzim perlahan-lahan akan mengalami pengurangan aktivitas hingga akhirnya mati. Jika tidak ada aktivitas enzim, kehidupan tidak akan berlangsung dengan baik. Selain itu, temperatur yang tinggi juga akan menyebabkan laju transpirasi meningkat melebihi penyerapan air oleh akar sehingga sel tanaman akan mengering dan mati.
Temperatur bersama-sama dengan kelembapan udara adalah yang paling memengaruhi pertumbuhan dan perkembangan hama dan penyakit tanaman.

Kelembapan udara relatif

Kelembapan udara relatif (atau RH, Relative Humidity), adalah rasio antara tekanan uap air aktual pada temperatur tertentu dengan tekanan uap air jenuh pada temperatur tersebut. Pengertian lain dari RH adalah perbandingan antara jumlah uap air yang terkandung dalam udara pada suatu waktu tertentu dengan jumlah uap air maksimal yang dapat ditampung oleh udara tersebut pada tekanan dan temperatur yang sama.
Dalam konteks budidaya tanaman, kelembapan udara dipengaruhi dan memengaruhi laju transpirasi tanaman. Tingginya laju transpirasi akan meningkatkan laju penyerapan air oleh akar hingga pada batas tertentu, namun jika terlalu tinggi melampaui laju penyerapan dan terjadi secara terus menerus akan menyebabkan tanaman mengering.
Kelembapan udara, bersama dengan temperatur paling banyak memengaruhi pertumbuhan dan perkembangan hama dan penyakit tanaman.

Kadar karbon dioksida di udara

Karbon dioksida adalah gas yang diperlukan oleh tanaman sebagai bahan dasar berlangsungnya fotosintesis. Tanpa Karbon dioksida, tanaman tidak akan menghasilkan hasil pertanian karena karbon dioksida bersama air dan cahaya matahari merupakan bahan dasar proses pembentukan hasil-hasil pertanian melalui fotosintesis tanaman.

Kecepatan angin

Yang dimaksud dengan kecepatan angin dalam hal ini adalah besarannya dan tidak bergantung pada arah. Angin memengaruhi laju transpirasi, laju evaporasi, dan ketersediaan karbon dioksida di udara. Tanaman akan mengalami kemudahan dalam mengambil karbon dioksida di udara pada kecepatan udara antara 0,1 hingga 0,25 m/s. American Society of Agricultural Engineering merekomendasikan kecepatan angin dalam budidaya tanaman tidak melebihi 1 m/s. Pengendalian kecepatan angin dapat dilakukan jika budidaya dilakukan dalam greenhouse dengan ventilasi yang tidak terlalu terbuka serta dinding yang kedap udara.

Polutan

Polutan adalah segala sesuatu yang mencemari lingkungan. Polutan yang memengaruhi pertumbuhan tanaman dapat berupa polutan udara, tanah, maupun air ketika dilakukan irigasi. Kerusakan tanaman dapat terjadi ketika udara di sekitar tanaman mengandung amonia dalam kadar 8-40 ppm atau SO2 sebesar 1 ppm. Merkuri, baik dalam bentuk uap, polutan air, maupun dalam tanah, dapat menyebabkan akumulasi merkuri pada hasil pertanian. Keberadaan gas etilena dapat mencegah terbentuknya kuncup bunga.

Jenis dan bangunan pertanian

Sebagai alat produksi, bangunan pertanian digunakan dalam kegiatan-kegiatan atau proses produksi pertanian baik pra maupun pasca panen. Berdasarkan fungsinya, maka bangunan pertanian dapat dikelompokkan dalam berbagai macam atau jenis bangunan sebagai berikut:


Bangunan untuk produksi tanaman




Bangunan untuk produksi tanaman umum disebut greenhouse atau rumah kaca atau rumah tanaman; istilah terakhir muncul sejak pembangunan greenhouse tidak lagi menggunakan kaca, tetapi juga plastik dan fiberglass dengan alasan teknis maupun ekonomi. Rumah kaca umumnya dibangun di wilayah subtropis dan wilayah dengan empat musim. Bangunan ini dperlukan agar kegiatan bercocok tanam dapat dilakukan ketika temperatur cuaca mematikan bagi tanaman pertanian. Dengan rumah kaca, tanaman yang di dalamnya terlindungi dari temperatur lingkungan serta mendapatkan temperatur yang cukup untuk pertumbuhannya. Hal ini dikarenakan cahaya matahari masih dapat menembus atap dan dinding rumah kaca, sedangkan panas yang dihasilkan dari elemen-elemen di dalam rumah kaca sulit keluar dan terperangkap di dalam sehingga temperatur di dalam rumah kaca menumpuk dan mengimbangi temperatur dingin di luar sehingga memungkinkan bagi tanaman untuk hidup.
Tetapi, efek rumah kaca tidak dapat diterapkan di wilayah tropis karena temperatur yang meningkat akan mematikan tanaman yang didalamnya, mengingat bahwa temperatur lingkungan di wilayah tropis sudah cukup untuk pertumbuhan tanaman. Greenhouse yang dibangun di wilayah tropis umumnya tidak melindungi tanaman dari temperatur udara luar. Hal ini karena konstruksi tembok yang tidak kedap udara dan atap yang berventilasi, memungkinkan udara panas naik dan keluar dari greenhouse. Namun greenhouse ini dapat melindungi tanaman dari hujan dan serangan hama.

Bangunan untuk penyimpanan hasil pertanian

Penyimpanan bahan hasil pertanian telah dilakukan oleh manusia sejak 8000 tahun sebelum masehi pada saat manusia mulai menanam, sedangkan penyimpanan bahan pangan sudah dimulai sejak manusia melakukan budaya berburu dan mengumpulkan makanan untuk mencegah kelaparan ketika musim yang tidak diinginkan datang. Produk hasil pertanian secara luas, baik berupa hasil pertanian, perikanan, peternakan, maupun kehutanan memerlukan fasilitas penyimpanan sebelum diproses atau sebelum dipasarkan. Tujuan penyimpanan secara fisik adalah untuk mempertahankan mutu dan mencegah kerusakan produk. Penyimpanan diperlukan karena berkaitan dengan tujuan pemasaran, yaitu menunggu hingga harga pasar baik untuk menjual hasil pertanian.
Jenis-jenis bangunan penyimpanan hasil pertanian:
Gudang adalah suatu bangunan penyimpanan yang memiliki bagian-bagian konstruksi yang terdiri dari atap (penutup), dinding, dan lantai, membentuk suatu ruangan perlindungan yang cukup luas untuk menempatkan atau menyimpan berbagai macam barang atau komoditas. Definisi ini membedakan fasilitas penyimpanan yang lain seperti lumbung, peti, kotak, atau perlengkapan pengemasan lainnya. Gudang secara konstruksi tidak banyak berbeda dengan gedung yang bersifat statis dan memerlukan pondasi untuk memantapkan dan menstabilkan posisi dan kedudukan bangunan tersebut.


Penyimpanan hasil tanaman berupa biji-bijian dapat dilakukan secara curah atau karung. Bangunan penyimpan biji-bijian curah umumnya berbentuk lumbung atau silo berupa silinder tegak. Di Indonesia, yang saat ini digunakan adalah lumbung yang berbentuk rumah panggung persegi. Pada penyimpanan dengan sistem karung, biji-bijian dimasukan ke dalam karung dan disimpan di gudang secara berumpuk-tumpuk.
Sedangkan penyimpanan buah-buahan, sayur-sayuran, hasil ternak, dan hasil pertanian lainnya yang cepat membusuk akibat serangan mikroba dan jamur, umumnya disimpan di ruangan berpendingin.

Bangunan untuk penyimpanan bahan, alat, dan mesin budidaya pertanian

Jenis bangunan ini sangat penting dalam usaha tani skala besar dan komersial. Kondisi yang harus dipenuh dalam konstruksi bangunan pertanian jenis ini adalah faktor keselamatan dan kesehatan kerja, mengingat bahwa bangunan ini berguna untuk menyimpan bahan-bahan yang diperlukan dalam kegiatan budidaya pertanian seperti benih, bahan-bahan kimia seperti pupuk, pestisida, dan bahan bakar serta alat dan mesin pertanian seperti traktor. Sebaiknya bangunan ini dilengkapi dengan fasilitas keselamatan seperti pemadam kebakaran serta pintu darurat. Konstruksi bangunan juga sebaiknya tahan api dan tidak mudah runtuh dalam kondisi apapun. Kebutuhan fasilitas lainnya disesuaikan, misalnya untuk bangunan penyimpanan traktor dan implemennya, diperlukan pintu yang besar.

Bangunan pertanian lainnya

Dalam usaha tani komersial, biasanya ada banyak jenis bangunan pertanian karena banyaknya kebutuhan, misalnya infrastruktur jalan menuju ladang atau kandang, pagar, bendungan, dan sebagainya.

Pengendalian lingkungan pada bangunan pertanian

Bangunan pertanian harus mampu mengatasi pengaruh buruk dari lingkungan di luar bangunan. Pengendalian lingkungan di dalam bangunan pertanian meliputi cahaya, temperatur, kelembapan, komposisi gas, dan sebagainya. Untuk mempertahankan temperatur lingkungan di dalam suatu bangunan pertanian, harus ada keseimbangan antara input dan output sumber panas di dalam bangunan tersebut. Panas dapat masuk ke dalam bangunan pertanian dari berbagai sumber, misalnya aliran udara masuk, peralatan mekanis, lampu pencahayaan, aktivitas manusia, dan panas yang dihasilkan dari tanaman maupun hewan di dalamnya. Sedangkan, panas dapat keluar dari bangunan pertanian melalui udara keluar, konduksi bangunan pertanian, penyerapan panas oleh elemen-elemen dalam bangunan, dan sebagainya. Besarnya kehilangan panas konduksi dari suatu bangunan bergantung pada resistansi aliran panas pada bangunan, luas dinding dan atap, serta perbedaan temperatur antara struktur bangunan dan atmosfer


Nilai konduktivitas panas bahan
Bahan
Nilai konduktivitas (W/m.K)
Udara
0,024
Hidrogen
0,17
Air
0,61
Busa poliuretan
0,026
Polistirena
0,034
Papan gabus
0,043
Kayu
0,115
Salju
0,17-0,52
Gelas
0,34-1,21
Tanah
1,04-1,73
Beton
1,73
Baja
45,00
Aluminium
212,80
Tembaga
385,80


 

Pengendalian lingkungan pada bangunan produksi tanaman

Faktor lingkungan yang ada dalam greenhouse adalah cahaya, temperatur, kelembapan, aliran udara, komposisi udara, dan media tanam. Sedangkan arah pengendalian faktor lingkungan tersebut bergantung pada tujuan penggunaan greenhouse. Pada daerah dengan empat musim, greenhouse digunakan untuk melakukan kegiatan bercocok tanam di musim dingin atau menanam tanaman pertanian yang tidak sesuai dengan iklim dan musim setempat dengan mengendalikan kondisi lingkungan di dalamnya. Misalnya, untuk menghindari udara dingin, ventilasi diminimalisasi sehingga udara dingin luar tidak dapat masuk dan panas yang terperangkap di dalam tidak keluar dengan mudah. Umumnya, tipe rumah kaca seperti ini membutuhkan bahan transparan yang sangat bening namun tidak dapat ditembus oleh gelombang inframerah yang dipancarkan oleh tanaman di dalamnya setelah menerima cahaya matahari sehingga panas di dalam dapat dipertahankan. Bahan konstruksi bangunan juga perlu diperhatikan, yaitu harus terbuat dari bahan dengan konduktivitas termal yang rendah untuk mencegah hilangnya panas keluar dari bangunan dan yang tahan terhadap cuaca ekstrem.
Untuk penggunaan di wilayah tropis, greenhouse umumnya digunakan untuk melindungi tanaman dari hujan dan mencegah serangan hama dan penyakit, akibat tingginya kelembapan udara wilayah tropis karena curah hujan yang tinggi serta temperatur yang tinggi. Untuk itu, dinding greenhouse umumnya terbuat dari kain kasa yang cukup rapat namun masih memungkinkan aliran udara dari luar masuk ke dalam maupun sebaliknya. Selain itu, atapnya berventilasi sehingga udara panas di dalam dapat keluar dengan mudah. Untuk pemilihan bahan konstruksi bangunan, tipe greenhouse ini tidak membutuhkan jenis bahan pertanian khusus melainkan bahan yang tahan terhadap korosi mengingat wilayah tropis memiliki kelembapan udara yang tinggi.
Untuk penggunaan di daerah gurun, rumah kaca berfungsi untuk menurunkan temperatur udara di dalam sehingga tidak sepanas udara di lingkungan luar. Hal ini bertujuan agar tanaman dapat tumbuh, karena pada umumnya kondisi gurun terlalu ekstrem untuk tanaman pertanian. Tipe greenhouse seperti ini umumnya tertutup dengan atap yang tidak bening, namun agak teduh untuk mengurangi intensitas cahaya yang masuk. Pengendalian kelembapan udara juga diperhatikan, mengingat lingkungan gurun sangat kering.
Masalah yang mungkin timbul dari rapatnya konstruksi greenhouse dan cenderung tertutup dari lingkungan luar adalah kadar karbon dioksida. Ventilasi yang terlalu rapat dapat menyebabkan turunnya kadar karbon dioksida dalam greenhouse. Fotosintesis yang terjadi di dalam greenhouse cenderung lebih intens dibandingkan dengan kondisi di luar, menyebabkan penyerapan karbon dioksida melebihi kondisi normal. Hal ini dapat diatasi dengan memperkaya kandungan karbon dioksida di dalam greenhouse dengan suatu generator agar kadar kardon dioksida di dalam tidak jatuh hingga di bawah normal.

Pengendalian lingkungan pada bangunan penyimpanan hasil pertanian

Penyimpanan hasil pertanian merupakan bagian yang penting dalam penanganan pasca panen; beberapa jenis hasil pertanian sangat rentan terhadap kerusakan selama penyimpanan, apalagi jika sistem penyimpanan yang ditetapkan kurang atau tidak memenuhi persyaratan penyimpanan yang baik. Selama penyimpanan proses perubahan biokimia dan serangan agen-agen perusak dapat menyebabkan susut dan menghasilkan metabolit yang berbahaya bagi kesehatan. Oleh karena itu, perlu dilakukan penyimpanan yang baik dan benar. Dalam hal ini, perlu dilakukan kontrol terhadap faktor-faktor lingkungan yang berperan dalam penyimpanan serta kontrol terhadap agen-agen yang dapat menimbulkan kerugian.
Banyak faktor yang berperan dalam penyimpanan bahan hasil pertanian. Faktor-faktor tersebut diantaranya adalah faktor lingkungan (temperatur, kelembapan relatif, komposisi atmosfer), faktor bahan (kadar air, aktivitas air, dan sebagainya), tindakan penanganannya (cara dan waktu panen, pencucian, pengeringan, dan sebagainya), faktor bangunan (struktur, kemampuan pengaturan lingkungan dalam bangunan, fasilitas, dan sebagainya).
Penyimpanan hasil pertanian membutuhkan lingkungan yang mendukung kondisi yang dapat mempertahankan hasil pertanian dalam waktu lama dengan tidak mengubah kualitas dan kuantitas hasil pertanian (tidak mengubah rasa, warna, bentuk, dan sebagainya) serta mencegah terjadinya perkecambahan terutama dalam penyimpanan hasil pertanian yang berbentuk biji-bijian. Hal ini dapat dilakukan dengan mengendalikan temperatur, kelembapan, komposisi gas dalam udara, dan pengendalian hama yang dapat merusak hasil pertanian.
Dalam penyimpanan hasil pertanian, perlu diperhatikan:
  • Kadar air dan aktivitas air dalam hasil pertanian
  • Daya tumbuh, terutama hasil pertanian dalam bentuk biji-bijian
  • Aktivitas respirasi, terutama buah-buahan dan sayur-sayuran, karena aktivitas respirasi masih terjadi meski sudah dipanen
  • Massa jenis hasil pertanian
Temperatur ruangan dan sistem penyimpanan memegang peran yang sangat penting dalam sistem penyimpanan. Bahan pangan yang berkadar air tinggi dan indeks aktivitas air yang tinggi rentan terhadap kerusakan kimiawi dan mikrobiologis. Hasil pertanian yang tahan terhadap serangan mikroorganisme seperti serealia dapat terancam oleh serangan hama makroskopis seperti serangga, tikus, dan sebagainya. Aktivitas hama makroskopis tersebut sangat tergantung pada temperatur lingkungan; semakin rendah temperatur ruangan, semakin rendah tingkat serangan.
Secara umum, setiap elemen bangunan penyimpanan hasil pertanian harus memenuhi berbagai kondisi. Atap harus dapat melindungi komoditas di dalamnya dari cuaca, angin, pengaruh sinar matahari secara langsung, organisme pengganggu, serta dapat memberikan hawa sejuk bagi ruangan dan produk yang disimpannya. Lantai harus memberikan ruang gerak yang aman, memudahkan pembersihan dan perawatan, dapat menahan beban produk, serta dapat mencegah penyerapan kadar air. Pondasi harus dapat mengurangi pergeseran bangunan terhadap tanah. Pintu harus memperlancar kegiatan bongkar muat komoditas dan mencegah masuknya organisme pengganggu. Ventilasi harus dapat mengontrol suasana di dalam dan di luar sehingga nyaman bagi pekerja, mencegah hujan dan udara akibat kelembapan tinggi, mencegah kehadiran organisme pengganggu. Jendela harus berfungsi dalam menciptakan suasana kerja yang nyaman, mengatur cahaya matahari yang masuk, melindungi dari cuaca dan organisme pengganggu.

Penyimpanan pada suhu rendah

Produk sayuran, buah-buahan, dan hasil peternakan (susu, daging, dan sebagainya) pada umumnya mudah rusak dan membusuk sehingga memerlukan fasilitas penyimpanan khusus yang dapat menghambat aktivitas organisme yang mengakibatkan membusuknya sayuran dan buah-buahan. Hal ini dapat dilakukan dengan penyimpanan suhu rendah, yang juga digunakan untuk mengawetkan hasil perikanan dan peternakan dengan alasan yang sama. Fasilitas semacam ini relatif mahal dalam pembangunannya karena memerlukan berbagai peralatan mekanis, bahan insulator, instrumentasi elektronika, dan tenaga ahli untuk mengendalikan faktor-faktor lingkungan di dalam seperti temperatur, kelembapan, komposisi udara, dan sebagainya.
Umumnya, penyimpanan suhu rendah dilakukan karena memiliki keuntungan sebagai berikut:
Dalam penyimpanan pada suhu rendah, yang terpenting untuk diperhatikan adalah temperatur dan kelembapan pengawetan untuk setiap jenis hasil pertanian berbeda-beda. Jika kurang dingin, hasil pertanian mungkin masih melakukan respirasi dan hama yang tersisa mungkin masih dapat hidup, sedangkan jika terlalu dingin dapat menyebabkan kerusakan struktur molekul hasil pertanian akibat membekunya air dalam jumlah banyak sehingga mengubah rasa dan kualitas. Pendinginan yang terlalu ekstrem juga dapat menyebabkan penyusutan. Temperatur juga perlu dijaga agar tidak berfluktuatif.
Kelembapan di dalam ruangan pendingin juga perlu dijaga, karena kelembapan yang terlalu rendah dapat menyebabkan kelayuan, sedangkan kelembapan yang terlalu tinggi dapat merangsang pertumbuhan jamur dan kapang. Untuk meningkatkan kelembapan udara, umumnya dilakukan penyemprotan air ke lantai, sedangkan untuk mengurangi kelembapan, dapat dilakukan penyebaran bahan-bahan kimia yang dapat menyerap kelembapan dari udara. Umumnya, buah-buahan yang mengandung banyak air membutuhkan kelembapan yang lebih tinggi.

Tabel Rekomendasi suhu, kelembapan, dan daya hasil simpan hasil pertanian (Satuhu, 1995)

Hasil pertanian
Suhu (oC)
Kelembapan relatif (%)
Umur simpan (minggu)
13
85-90
2
12,7-14,4
85-90
3-4
Pisang Cavendish matang
12,7
85-90
1
9-10
90
2
8-10
85-90
2-5
10
85-90
3
10
85-90
1-2,5
  

Perlu diperhatikan bahwa masa penyimpanan juga berpengaruh, karena buah dan sayuran setelah dipanen masih melakukan respirasi (dan fotosintesis jika masih memiliki klorofil dan jika cahaya cukup). Hal ini berguna untuk menyesuaikan kematangan buah, karena sebenarnya buah tidak pernah dipanen dalam keadaan benar-benar matang karena buah harus mengalami proses pengepakan dan distribusi yang tidak sebentar hingga sampai ke tangan konsumen. Jika buah dipetik dalam keadaan benar-benar matang, buah akan menjadi terlalu matang atau bahkan busuk ketika sampai ke konsumen.
Perbedaan kelembapan pada penyimpanan setiap jenis buah-buahan dan sayuran memiliki perbedaan yang sedikit, sehingga pengendalian kelembapan umumnya tidak dilakukan secara presisi, namun perbedaan temperatur penyimpanan pada setiap jenis buah-buahan dapat berbeda-beda. Misal, apel membutuhkan temperatur penyimpanan antara 2-3oC, tapi pisang membutuhkan temperatur penyimpanan antara 12-13oC. (USDA)

Tabel kerusakan dingin beberapa buah/sayuran yang disimpan pada temperatur di bawah batas aman

Jenis buah/sayuran
Suhu terendah (oC)
Gejala kerusakan akibat temperatur rendah
2-3
Pencoklatan, lembek, lepuh di bagian dalam
Alpukat
4-7
Daging buah coklat kehitaman
Pisang
12-13
Warna jelek jika matang
10-13
Kulit seperti melepuh, kehitaman, dan pematangan tidak merata
Pepaya
7
Lubang cacat, gagal matang, penyimpangan cita rasa, busuk
7
Bercak-bercak hitam dan kecoklatan
7
Lepuh, lubang noda, dan busuk
7
Lepuh, busuk
7,2-10,0
Pelunakan, busuk

Penyimpanan hasil pertanian dalam bentuk karung

Penyimpanan tipe ini lebih umum di Indonesia, terutama gudang-gudang penyimpan stok bahan pangan di mana bahan pangan tersebut memungkinkan untuk dijual dengan segera jika terjadi kekurangan pasokan di pasar. Penyimpanan tipe ini memiliki keuntungan, yaitu fleksibel, modal investasi konstruksi bangunan relatif kecil, biaya bongkar muat lebih murah, dan tidak terjadi migrasi uap air (jika karung kedap air). Namun, tipe ini memiliki beberapa tipe kelemahan, diantaranya: harus dilakukan fumigasi secara rutin sehingga dapat menambah cost usaha, jika terjadi serangan hama akan sulit dikendalikan, dan temperatur dan kelembapan akan sukar dikendalikan.

Penyimpanan hasil pertanian serealia dalam bentuk curah dalam silo

Penyimpanan dalam bentuk curah berarti hasil pertanian disimpan tanpa karung pembungkus dan disimpan secara besar-besaran dalam satu bangunan. Biasanya, hasil pertanian yang disimpan dalam bentuk curah adalan hasil pertanian yang berupa biji-bijian (gandum, beras, jagung yang telah dipipil, sorgum, rye, barley, oat, kacang-kacangan, kopi, lada, biji bunga matahari, dan sebagainya) dan disimpan dalam bangunan yang disebut silo.
Keuntungan sistem curah diantaranya, biji-bijian dapat ditangani seperti halnya fluida yang dapat dialirkan dan memudahkan pergerakan bahan, tidak membutuhkan karung pembungkus sehingga menghemat biaya, dan pengendalian kualitas lebih efisien dan efektif. Selain itu, penyimpanan dalam silo membutuhkan tempat yang tidak lebih luas dari penyimpanan sistem karung dalam kuantitas yang sama. Penyimpanan hasil pertanian juga dapat dilakukan dalam waktu yang lebih lama dengan jumlah loss lebih rendah.
Syarat dasar penyimpanan dalam bentuk curah:
  • Kadar air dalam biji-bijian harus rendah, di mana dalam keadaan tersebut respirasi minimum.
  • Biji-bijian harus bebas dari kotoran dan debu yang dapat menghambat sirkulasi udara.
  • Silo harus berventilasi yang dapat mengatur atmosfer di dalam silo sesuai dengan hasil pertanian yang disimpan.
  • Harus kedap air dan pengaruh cuaca serta terbebas dari pengaruh radiasi matahari.
  • Dilengkapi dengan konveyor dan bucket elevator untuk memudahkan pengangkutan dan pemindahan bahan.
Perlu diperhatikan bahwa pengendalian kelembapan dan temperatur udara dalam silo merupakan hal yang cukup penting karena secara alami, biji-bijian bersifat higroskopis, yaitu mampu melepaskan kadar air ke udara dan juga dapat menyerap kadar air dari udara, tergantung kondisi temperatur dan kelembapan di sekitar biji-bijian. Hal ini penting, karena kadar air dalam biji-bijian berpengaruh terhadap pertumbuhan hama dan penyakit pengganggu biji-bijian.

Modifikasi kadar udara dalam ruang penyimpanan

Modifikasi kadar udara dalam ruang penyimpanan bersama dengan pengaturan temperatur dan kelembapan merupakan metode penyimpanan atmosfer terkontrol (Controlled Atmosphere Storage) dalam menyimpan hasil pertanian agar lebih tahan lama. Modifikasi kadar udara yaitu pengendalian kadar oksigen dan karbon dioksida di dalam ruangan penyimpanan; umumnya yang dilakukan adalah meningkatkan kadar karbon dioksida dan menurunkan kadar oksigen. Hal ini perlu dilakukan karena tumbuhan berespirasi dengan oksigen dan berfotosintesis dengan karbon dioksida. Respirasi menurunkan kadar gula dan meningkatkan kadar air dalam buah sehingga buah akan semakin lembap dan kehilangan rasa manisnya, sedangkan fotosintesis berguna untuk mengubah air yang masih tersisa di dalam hasil pertanian menjadi gula, sehingga kadar air akan berkurang; hal itu memiliki kemungkinan untuk terjadi jika hasil pertanian tersebut masih memiliki klorofil. Namun penyimpanan yang bertujuan untuk membiarkan hasil pertanian berfotosintesis jarang dilakukan karena dinilai mampu mengurangi kesegaran tanaman.
Penyimpanan dengan modifikasi atmosfer umumnya diikuti dengan MAP (Modified Atmosphere Packaging), yaitu pengepakan yang dilakukan ketika dilakukan modifikasi atmosfer. Hal ini akan menyebabkan ruang dalam pak akan memiliki kadar udara yang sama seperti kadar udara ruang penyimpanan selama bahan pengepakan yang digunakan kedap udara hingga sampai ke konsumen.
Ada juga metode penyimpanan pada tekanan rendah (Hypobaric Atmosphere), yaitu penyimpanan produk yang dilakukan pada tekanan rendah sehingga kandungan oksigen menjadi sangat terbatas.


 


Fertigasi di Greenhouse (Fertigation, Fertilizer and Irrigation Sytem)
Penyiraman dan pemupukan budidaya sayuran didalam greenhouse pada umumnya dilakukan secara bersamaan. Penyiraman dan pemupukan sangat menentukan pertumbuhan, produktifitas dan kualitas tanaman. Teknis penyiraman dan pemupukan dapat dilakukan dengan cara manual atau menggunakan sistem irigasi, teknis fertgasi tergantung dari jenis tanaman dan media yang digunakan dalam budidaya sayuran atau tanaman lainnya.
Satu alat yang penting untuk Fertigasi adalah alat distribusi penyiraman dan pemupukan, baik pemupukan untuk organik atau an organik.
Spesifikasi alat distribusi Ferigasi untuk greenhouse sbb:
  • Head Unit Pompa, 2,5 HP, kapasitas area 1000 m2,
  • Dudukan head Unit, rangka besi ukuran 100x120x20cm
  • Water tank plastik kapasitas 500 Liter x 4 buah
  • Dripline irigasi sistem Mist irigasi sistem System PRV,
  • Discfilter, Balvalve instalation peralon Panel Kontrol
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam penyiraman, yaitu : Larutan nutrisi tanaman yang akan digunakan untuk penyiraman tanaman harus mempunyai kepekatan (EC) dan nilai pH yang sesuai dengan jenis tanaman dan umur tanaman, yang dapat diukur dengan alat EC dan PH meter sebelum didistribusikan ke tanaman. Volume dan kepekatan larutan nutrisi diberikan sesuai dengan kebutuhan tanaman, umur tanaman, virietas dan tipe iklim setempat. Frekuensi penyiraman larutan nutrisi tergantung pada kondisi setempat, dan berbeda antara tanaman yang masih kecil dengan tanaman yang sudah dewasa.
Apabila penyiraman larutan nutrisi dengan cara manual (penyiraman dilakukan oleh orang untuk setiap polybag) agar dihitung kebutuhan tenaga kerja tiap satuan luas kebun, sehingga tidak mengalami kesulitan dalam waktu dan frekuensi penyiraman. Pada sistem fertigasi tetes, Keuntungan lain bahwa itu mengurangi kontak air dengan tanaman pertumbuhan di atas tanah (daun, batang, dan buah) sehingga membuat kondisi yang kurang menguntungkan bagi banyak penyakit.
Petani dengan variabel sumber daya air juga dapat menghargai tekanan yang lebih rendah (8-10 psi di garis tetes) yang diperlukan untuk mengoperasikan sistem irigasi tetes. fertigasi sukses, terdiri dari informasi tentang desain, operasi, dan pengelolaan. Fertigasi memungkinkan petani untuk mudah menerapkan nutrisi sepanjang musim Setiap nutrisi dalam bentuk yang larut tersedia untuk penyerapan yang tepat tanaman setelah aplikasi, yang memungkinkan kontrol lebih besar atas petani terhadap ketersediaan nutrisi untuk tanaman. Faktor ini dapat menyebabkan penggunaan pupuk lebih efisien. Nutrisi dapat diterapkan secara harian, mingguan, atau periodik, tergantung pada rencana pengelolaan keseluruhan unsur hara bagi tanaman. Ketika nutrisi yang diterapkan sebelum mereka dibutuhkan, petani dapat mengurangi hilangnya nutrisi dari zona akar.
"Ditengah semakin sempitnya lahan untuk pertanian, budidaya dengan penerapan teknologi screen house dapat menjadi pilihan, walaupun ada biaya yang harus dikeluarkan, sebanding dengan hasil yang akan di dapat".

Mungkin ada yang bertanya, “Emang apa bedanya Screen House dengan Green House?”. Menurut pengalaman saya dilapangan antara keduanya tidaklah terlalu berbeda, persamaan tersebut seperti dalam hal bentuk konstruksi, baik menggunakan model piggy back (joglo), tunnel house atau shadinghouse tinggal kita menyesuaikan dengan daerah dimana screen house akan dibangun. Begitu juga bahan pembentuk konstruksinya pun sama, bisa menggunakan bahan dari bambu, kayu, beton atau dari besi. Screen house saya menyebutnya karena seluruh bangunan house menggunakan screen sebagai media penutupnya. Sedangkan green house biasa menggunakan UV, Polykarbonat, plastik atau kaca sebagai penutup seluruh house atau sebagiannya. Kemudian, budidaya disini tanpa memakai drift irigation system yang biasa digunakan pada green house.


Pemeliharaan intensif
1. Pengaturan jadwal produksi.

Pertanian di Indonesia seperti kita ketahui, sangat tergantung pada keadaan cuaca dan juga terkadang susah diprediksi yang akhirnya petani sulit menentukan jenis tanaman yang akan diproduksi, Dengan kondisi seperti ini, banyak petani terjebak karena salah menentukan komoditas yang di tanam. Karena  jika musim hujan terlalu panjang akan menyebabkan banyaknya penyakit seperti fusarium dan pembusukan akar. Atau, jika musim terlalu kering akan menyebabkan tanaman kekurangan air, tingkat serangan hama tinggi yang akhirnya dengan kondisi tersebut menimbulkan kerugian bagi petani seperti gagal panen atau biaya produksi yang tinggi. Untuk meminimalisir kerugian tersebut, tentu harus dicari suatu solusi alternatif bagi petani.
Budidaya dengan penerapan teknologi pertanian seperti screen house dapat menjadi salah satu pilihan solusi, hal ini karena, pengaturan jadwal produksi dapat dilakukan, seperti dengan menerapkan pola seri tanam yang terkontrol atau dengan mikroklimat yang diatur, sehingga inflasi produksi dapat ditekan, yaitu pada saat tertentu suatu komoditas sulit ditemui mengakibatkan harganya demikian tinggi, sementara pada waktu lain kebanjiran produk menyebabkan harga anjlok, sehingga kerugian segera tiba. Dengan demikian, produksi budidaya secara mandiri dan berkesinambungan dapat dicapai dan ketergantungan pada lingkungan luar bisa diminimalisir.



2. Meningkatkan hasil produksi

Selanjutnya, budidaya di dalam screen house juga dapat meningkatkan hasil produksi lebih tinggi dibanding dengan areal yang terbuka. Karena screen house, diantaranya dapat meningkatkan tingkat harapan hidup dari bunga menjadi buah. Kondisi areal yang beratap dan lebih tertata menyebabkan pengawasan dapat lebih intensif dilakukan. Bila terjadi gangguan terhadap tanaman baik karena hama, penyakit ataupun gangguan fisiologis, dapat dengan segera diketahui untuk diatasi.
Seperti potensi munculnya bunga pada tanaman cabai bisa mencapai 1000 bunga dalam satu siklus tanam. Didalam screen house tingkat kerontokan bunga dapat diminimalisir dengan harapan hidup bunga menjadi buah 300-400 buah, sedangkan di areal terbuka tingkat hidup bunga yang menjadi buah hanya sekitar 80-120 buah dalam satu siklus tanam.

3. Konversi lahan

Sebagaimana disebut diatas pada areal luasan yang sama, tingkat produksi budidaya di dalam screen house lebih tinggi dibandingkan di luar screen house. Artinya, terjadi konversi lahan setidaknya 1.5 - 3 kali dibanding budidaya diluar screen house. Hal ini tentu dapat menjadi alternatif di tengah semakin sempit dan mahalnya lahan untuk pertanian juga mengurangi tingginya biaya produksi dari pestisida, terlebih bagi pertanian komoditas hortikultira.

4. Mengurangi biaya pestisida

Sama seperti green house, screen house dapat memberikan perlindungan tanaman terhadap hama dan penyakit. Screen dengan kerapatan mikron yang baik tidak dapat dilewati oleh hama seperti kutu daun, tryps dan lainnya. Sehingga biaya pestisida dapat diminimalisir.

5. Meningkatkan kualitas produksi

Efek radiasi matahari seperti sinar UV, angin,  kelebihan temperatur, air hujan, debu, polutan dan residu pestisida tentunya akan mempengaruhi penampilan visual, ukuran dan kebersihan hasil produksi. Dengan kondisi lingkungan yang terlindungi dapat memberikan hasil produksi tanaman yang berkwalitas baik ukuran maupun bentuk visual produk.

6. Sarana agrowisata dan penelitian

Budidaya dengan screen house dapat menjadi sarana agrowisata dimana pengunjung dapat melihat berbagai jenis tanaman yang kita tanam, karena dengan screen house performence budidaya kita akan lebih terlihat profesional dan, screen house dapat menjadi sarana penelitian bagi petani dan civitas pertanian lainnya untuk dunia pertanian yang selalu dinamis perkembangannya.











Hidroponik

Hidroponik (Inggris: hydroponic) berasal dari kata Yunani yaitu hydro yang berarti air dan ponos yang artinya daya. Hidroponik juga dikenal sebagai soilless culture atau budidaya tanaman tanpa tanah. Jadi hidroponik berarti budidaya tanaman yang memanfaatkan air dan tanpa menggunakan tanah sebagai media tanam atau soilless. Teknik hidroponik banyak dilakukan dalam skala kecil sebagai hobi di kalangan masyarakat Indonesia. Pemilihan jenis tanaman yang akan dibudidayakan untuk skala usaha komersial harus diperhatikan, karena tidak semua hasil pertanian bernilai ekonomis. Jenis tanaman yang mempunyai nilai ekonomi tinggi untuk dibudidayakan di hidroponik yaitu:
Dalam kajian bahasa, hidroponik berasal dari kata hydro yang berarti air dan ponos yang berarti kerja. Jadi, hidroponik memiliki pengertian secara bebas teknik bercocok tanam dengan menekankan pada pemenuhan kebutuhan nutrisi bagi tanaman, atau dalam pengertian sehari-hari bercocok tanam tanpa tanah. Dari pengertian ini terlihat bahwa munculnya teknik bertanam secara hidroponik diawali oleh semakin tingginya perhatian manusia akan pentingnya kebutuhan pupuk bagi tanaman.
Di mana pun tumbuhnya sebuah tanaman akan tetap dapat tumbuh dengan baik apabila nutrisi (unsur hara) yang dibutuhkan selalu tercukupi. Dalam konteks ini fungsi dari tanah adalah untuk penyangga tanaman dan air yang ada merupakan pelarut nutrisi, untuk kemudian bisa diserap tanaman. Pola pikir inilah yang akhirnya melahirkan teknik bertanam dengan hidroponik, di mana yang ditekankan adalah pemenuhan kebutuhan nutrisi.

Macam-macam hidroponik

  • Static solution culture (kultur air statis)
  • Continuous-flow solution culture, contoh : NFT (Nutrient Film Technique),DFT (Deep Flow Technique)
  • Aeroponics
  • Passive sub-irrigation
  • Ebb and flow atau flood and drain sub-irrigation
  • Run to waste
  • Deep water culture
  • Bubbleponics
  • Bioponic

Media tanam inert hidroponik

Media tanam inert adalah media tanam yang tidak menyediakan unsur hara. Pada umumnya media tanam inert berfungsi sebagai buffer dan penyangga tanaman. Beberapa contoh di antaranya adalah:
  • Arang sekam
  • Spons
  • Expanded clay
  • Rock wool
  • Coir
  • Perlite
  • Pumice
  • Vermiculite
  • Pasir
  • Kerikil
  • Serbuk kayu

Keuntungan teknik hidroponik

  • Tidak membutuhkan tanah
  • Air akan terus bersirkulasi di dalam sistem dan bisa digunakan untuk keperluan lain, misal disirkulasikan ke akuarium
  • Mudah dalam pengendalian nutrisi sehingga pemberian nutrisi bisa lebih efisien
  • Relatif tidak menghasilkan polusi nutrisi ke lingkungan
  • Memberikan hasil yang lebih banyak
  • Mudah dalam memanen hasil
Untuk keperluan hiasan, pot dan tanaman akan relatif lebih bersih. Sehingga untuk menrancang interior ruangan dalam rumah akan bisa lebih leluasa dalam menempatkan pot-pot hidroponik. Bila tanaman yang digunakan adalah tanaman bunga, untuk bunga tertentu bisa diatur warna yang dikehendaki, tergantung tingkat keasaman dan basa larutan yang dipakai dalam pelarut nutrisinya.
oponik merupakan salah satu cara budidaya tanaman hidroponik. Cara ini belum sefamiliar cara-cara hidroponik lainnya (seperti cara tetes, NFT - Nutrient Film Technique). Kalau dilihat dari kata-kata penyusunnya, yaitu terdiri dari Aero + Phonic. Aero berarti udara, phonik artinya cara budidaya, arti secara harafiah cara bercocok tanam di udara, atau bercocok tanam dengan system pengkabutan, dimana akar tanamannya menggantung di udara tanpa media (misalkan tanah), dan kebutuhan nutrisinya dipenuhi dengan cara spraying ke akarnya. Sejarah ditemukannya cara ini berawal dari penemuan cara hidroponik. Selanjutnya dikembangkanlah system aeroponik pertama kali oleh Dr. Franco Massantini di University of Pia, Italia. Di Indonesia, perintis aeroponik secara komersial adalah Amazing Farm pada tahun 1998 di Lembang (Bandung). Mengapa harus aeroponik? Sebuah produk yang dipasarkan, khususnya dengan market toko swalayan/supermarket/hypermarket dituntut 3 hal pokok, yaitu: kualitas, kontinuitas dan produktifitas. Untuk memenuhi ketiga syarat tersebut jika cara budidaya dengan cara konvensional (di tanah) sulit sekali karena banyak faktor yang mempengaruhi. Salah satu cara untuk memenuhi ketiga tuntutan tersebut adalah dengan system hidroponik, khususnya aeroponik. Beberapa alasan menggunakan system aeroponik adalah sebagai berikut : Luasan lahan untuk pertanian dengan tanah semakin berkurang, harga sewa/beli tanah juga mahal. Dengan menerapkan system aeroponik akan mengurangi ketergantungan ketersediaan tanah dan tidak dibutuhkan rotasi lahan. Dengan system ini setiap saat kita bisa menanam, yang akhirnya setiap hari bisa memanen. Indonesia mempunyai 2 musim , dimana musim hujan untuk pertanian sayuran di tanah akan menghadapi kendala yang lebih besar, jadwal tanam berubah dan sering terhambat. Dengan aeroponik dipastikan bisa menanam sepanjang musim. Artinya ketersediaan sayuran bisa terjamin.
Penanaman di tanah sangat tergantung pada kualitas tanah dan perawatan serta cuaca. Jika tidak mengetahui kualitas tanah, akan sulit untuk memaksimalkan pertumbuhan tanaman. Diperparah lagi jika musim hujan, banyak hara yang tercuci oleh air hujan (leaching). Dengan cara aeroponik, ketersediaan nutrisi tanaman terjamin setiap saat, sehingga pertumbuhannya bisa optimal, bahkan maksimal. Pada komoditi tertentu bahkan bisa diperpendek umur panen dengan kualitas yang sama. Pertumbuhan optimal akan mempengaruhi kualitas sayuran yang diperoleh. Kualitas premium dengan volume yang banyak bukanlah sesuatu yang mustahil untuk diperoleh.
Cara aeroponik tidak terlalu membutuhkan tenaga kerja yang banyak, sehingga menjamin efisiensi tenaga kerja. Hasil yang diperoleh merupakan produk yang bersih (tidak memerlukan pencucian), sehat (selama proses budidaya tidak menggunakan pestisida, karena ditanam di dalam green house). Karena dipanen umur muda, daging sayur terasa lebih renyah daripada sayur hasil penanaman di tanah.

Melihat kelebihan dan kekurangan dari cara aeroponik, kita bisa memilih komoditi apa yang bisa dibudidayakan supaya mendapat keuntungan, mengingat investasi awal yang cukup besar.Berdasarkan pengalaman dari Amazing Farm selama sekitar 10 tahun, hampir semua komoditi bisa dibudidayakan secara aeroponik, pemilihan komoditi untuk ditanam dengan system aeroponik:
Akar yang menggantung pada selada keriting. Umur pendek, semakin pendek umur tanaman berarti dalam 1 tahun kita dapat menanam berkali-kali. Contoh: jika umur tanaman 60 hari, 1 tahun dapat menanam 6 kali; jika umur 30 hari, 1 tahun dapat menanam 12 kali. Contoh ekstrim kangkung dapat ditanam di daerah dataran rendah dengan umur panen 18 hari setelah tanam. Harga jual tinggi
Unik, dengan bibit impor yang biasanya hasilnya berbeda dan lebih bagus dari produk yang ada di pasar lokal, harga jual sayuran bisa tinggi. Komoditi yang dibudidayakan oleh Amazing Farm dibagi dalam 2 kelompok besar berdasarkan kecocokan tanaman terhadap mikroklimat/ketinggian lahan, yaitu : Kelompok sayuran dataran tinggi, meliputi :a. Golongan selada (lettuce): selada keriting, romaine, butterhead, batavia, lollorossab. Golongan Chinese vegetables: pakcoy, petsay, caisim, kalian, siomakc. Golongan lainnya: kangkung, bayam, horenzo (bayam Jepang)
Kelompok sayuran dataran rendah meliputi ;a. Golongan Chinese vegetables: pakcoy, caisimb. Golongan lain: kangkung, bayam.




Aquaponik dan Hidroponik






         Aquaponic adalah kombinasi dari akuakultur (budidaya ikan) dan hidroponik (budidaya tanaman tanpa tanah). Dalam aquaponic, air yang mengandung nutrisi yang dihasilkan dari budidaya ikan merupakan sumber pupuk alami untuk tanaman yang tumbuh. Tanaman sendiri mengkonsumsi nutrisi, dan membantu untuk memurnikan air bagi kehidupan ikan, sehingga merupakan Sebuah proses mikroba alami yang menjadikan antara ikan dan tanaman tetap sehatsehat. Hal ini menciptakan ekosistem yang berkelanjutan dimana kedua tanaman dan ikan dapat berkembang. Aquaponics adalah jawaban ideal untuk masalah petani ikan untuk membuang air yang kaya nutrisi dan petani hidroponik yang memang sangat perlu air kaya nutrisi.
 Tanaman sistem Hidroponik tumbuh dalam larutan air dan nutrisi, tanpa tanah. Solusinya dapat dibuat dengan menambahkan unsur-unsur yang diperlukan tanaman dalam air, yang akan diserap langsung ke akar tanaman. Dalam beberapa sistem hidroponik akar berada dalam media tumbuh yang membuat mereka tetap lembab, aerasi dan jumlah oksigen juga membantu untuk mendukung tanaman.
        Dalam akuakultur, air cepat mengandung gizi karena kaya dengan ikan dalam mencerna makanan dan membuang air limbah. Air limbah biasanya disaring agar bebas dari limbah yang tidak berguna. Kita akui, model akuakultur belum seluruhnya optimal sebagai usaha potensial, tetapi dimasa datang, bukan tidak mungkin ini menjadi usaha yang dapat di garap secara komersial, sebab dengan mengabungkan aquaponics, petani hidroponik dapat menghilangkan biaya dan tenaga kerja yang terlibat dalam mencampur larutan pupuk dan akuakultur komersial mungkin dapat secara drastis mengurangi jumlah filtrasi yang diperlukan dalam sirkulasi budidaya ikan.


PRINSIP KERJA
 



            Input utama untuk sistem aquaponic adalah makanan ikan. Ikan makan sampah makanan dan mengekskresikan. Lebih dari 50% dari limbah yang dihasilkan oleh ikan adalah dalam bentuk amonia disekresi dalam urin dan, dalam jumlah kecil, melalui insang. Sisa dari limbah, dikeluarkan sebagai kotoran, mengalami proses yang disebut mineralisasi yang terjadi ketika bakteri heterotrofik mengkonsumsi limbah ikan, materi tanaman yang membusuk dan tidak-makan makanan, mengubah ketiga untuk senyawa amoniak dan lainnya. Dalam jumlah yang cukup amonia merupakan racun bagi tanaman dan ikan. Bakteri nitrifikasi, yang secara alami hidup di air, tanah dan udara, mengubah amonia menjadi nitrit pertama dan kemudian menjadi nitrat yang mengkonsumsi tanaman. Dalam sebuah sistem aquaponic bakteri heterotrofik dan nitrifikasi akan melekat pada dinding tangki, bawah dari rakit, bahan organik, media tumbuh (jika digunakan) dan di kolom air. Bakteri menguntungkan dibahas di sini adalah alam dan akan menghuni sistem aquaponic sesegera amonia dan nitrit yang hadir.

            Pada dasarnya, Anda memiliki tiga tanaman untuk tetap hidup di aquaponic - ikan, tanaman dan bakteri menguntungkan. Entitas ini hidup tiga masing-masing bergantung pada yang lain untuk hidup. Bakteri mengkonsumsi limbah ikan menjaga air bersih untuk ikan. Dalam proses ini, bakteri memberikan tanaman dengan bentuk yang bermanfaat dari nutrisi. Dalam menghilangkan nutrisi melalui pertumbuhan tanaman, tanaman membantu membersihkan air ikan hidup masuk.
Aquaponics adalah metode yang sangat efisien makanan tumbuh yang menggunakan minimum air dan ruang dan memanfaatkan limbah, sehingga produk akhir organik, ikan sehat dan sayuran. Dari sudut pandang gizi, aquaponics menyediakan makanan dalam bentuk kedua protein (dari ikan) dan sayuran.

                                     Metode Aquaponics



Ada berbagai macam konfigurasi sistem aquaponic. Komponen umum untuk setiap sistem aquaponic adalah tangki ikan dan tempat pertumbuhan tanaman. Variabel termasuk komponen filtrasi, komponen pipa, jenis tempat tidur tanaman dan jumlah dan frekuensi sirkulasi air dan aerasi. Secara umum, sistem yang memanfaatkan filtrasi beberapa untuk menghilangkan limbah padat ikan akan memiliki produksi yang lebih tinggi dari ikan dan tanaman daripada mereka yang tidak menggunakan filtrasi.
Ada tiga metode utama aquaponic muncul di industri. Setiap jika metode ini didasarkan pada desain sistem hidroponik, dengan akomodasi untuk ikan dan filtrasi, diantaranya Rafting Sytem,
NFT (Nutrient Film Technique) dan growing media.


Komoditi Aquaponic
Ikan dan tanaman yang dipilih untuk sistem aquaponic harus memiliki kebutuhan yang sama, baik suhu dan pH. Akan selalu ada beberapa kompromi dengan kebutuhan ikan dan tanaman tetapi, semakin dekat dengan kondisi baik suhu dan pH, maka mereka akan semain cocok, dan lebih berhasil dalam teknik akuakultur. Sebagai gambaran bahwa, kondisi air yang hangat,dan air tawar, merupakan kombinasi ikan dan tanaman seperti selada, dan herbal tumbuh dengan baik, sistem hidroponik yang sesuai dengan ini adalah Rafting dan NFT. Dalam sistem sangat penuh dengan ikan, Anda mungkin beruntung dengan tanaman buah seperti tomat dan paprika, dengan aquaponic yang memerlukan tangki-tangki air untuk ikan.








1 komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.